catatan untuk calon guru.

suatu hari nanti,
aku akan menjumpa kau di tengah lorong, menjemputmu yang sedang bersandiwara di depan bocah-bocah pedesaan. dalam bayangku, engkau sedang mengajari mereka menyanyikan lagu tidur, kau ajari bocah lugu itu menggambar partitur, bernyayi satu-satu, melambungkan mimpi agar bisa mereka angkasakan diatas arak awan-awan.

peluhmu menetes, senyummu merekah, kau lalu berpaling sebentar, menatap papan kapur dengan sabar, sebelum akhirnya engkau melangkah keluar, sembari mengucap salam. Mereka bersorak, sebagian menggendolimu.

lalu kau ajak aku berjalan bersisian, menuju bukit yang katamu sering digunakan oleh bocah-bocah lugu itu mendengar radio dan menggambar. Katamu, mereka biasa memandang langit-langit, menebak bentuk awan yang putih kadang kelabu, atau mereka bisa menghitung daun-daun yang jatuh dengan aroma pagi.

Kau ajak aku duduk diatas bukit, mengajakku melihat bangunan tua dibawah sana, disana bangunan itu bersinar di bawah hamparan matahari yang silau.

disanalah mimpi-mimpimu dahulu kala kau tempatkan, kau peluk dalam setiap doa dalam shalat. dahulu, waktu kita masih belepotan mengeja hidup. saat aku dan engkau masih duduk bersebelahan sebagai remaja yang belum paham benar apa itu kehidupan sebenarnya.

ah aku, kau, ya kita dahulu kala, remaja dungu dan lugu yang sok tahu kehidupan.

kepada mu, sayang selalu.

Komentar

Postingan Populer